Kamis, 01 Desember 2011

askep ca uterus



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Kanker adalah penyakit yang paling menakutkan, tidak saja pada wanita, tetapi juga pada pria dan anak-anak. Tanggal 4 februari diperingati sebagai hari kanker sedunia. Pada tahun 2007 dan 2008, peringatan hari kanker sedunia memfokuskan perhatian terhadap kanker pada anak. Di Indonesia, saat ini sudah ada Yayasan Onkologi Anak Indonesia yang memiliki slogan “Kanker pada anak dapat diobati dan di upayakan sembuh bila ditemukan lebih dini”.

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak n ormal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.
Pada kenyataannya, banyak penderita menyadari bahwa didalam tubuhnya muncul kanker. Sebelum kanker meluas atau merusak jaringan disekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Setelah kanker berkembang didalam tubuhnya penderita mulai merasakan adanya keluhan atau gejala pada saat itu,kondisi penyakit kankernya sudah berada pada setadium lanjut.

Kanker rahim (uterus) merupakan salah satu jenis kanker yang menakutkan bagi seorang perempuan. Kanker ini dianggap menjadi penyebab kematian terbesar wanita di dunia. Ada beberapa penyebab kanker ini, antara lain, hubungan intim di bawah usia 17 tahun.

Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50-60 taun.

Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah).




B.     Tujuan Penulisan

1)       Mengetahui penyebab terjadinya Kanker Uterus.
2)       Mengetahui gejala dan tanda-tanda klinik pada penderita Kanker Uterus.
3)       Mengetahui cara penanganan atau pengobatan Kanker Uterus.
4)       Mengetahui manajemen asuhan keperawata pada klien dengan Kanker Uterus.


C.     Manfaat Penulisan

1)       Memahami penyebab terjadinya  Kanker Uterus.
2)       Memahami gejala dan tanda-tanda klinik pada Kanker Uterus.
3)       Memahami tindakan yang harus dilakukan pada pasien Kanker Uterus.
4)       Memahami manajemen asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Uterus.

D.     Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu:
1)       Kata Pengantar
2)     Daftar Isi
3)    BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, dan Sistematika Penulisan
4)    BAB II Tinjauan Teoritis yang berisi mengenai Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan dengan Kanker Uterus.
5)     BAB III Kesimpulan
6)     Daftar Pustaka.












BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.     Konsep Dasar Kanker Uterus

1.      Definisi
Kanker Rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun

Penyakit kanker rahim adalah pembunuh nomor satu yang kerap mengintai korbanya, kaum wanita. Umumnya, hamper semua jenis penyakit kanker rahim sulit terdeteksi pada stadium awal. Penyakit ini menyerang leher rahim, saluran rahim, bagian dalam rahim, dan bias juga di luar rahim atau kandungan. Penyakit ini baru disadari atau dirasakan oleh penderita setelah muncul gejala-gejala kanker atau tanda-tanda berupa benjolan yang relatif besar, yaitu 2-3cm, terasa mengganjal, dan mulai teraba oleh tangan.(waspadai 4 kanker ganas pembunuh wanita hal 15)

Carsinoma ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun bilogis yang beraneka ragam (Prof. Dr. Sarwono Prawiroharjo, 1994), hal. 400).

Carsinoma ovarium adalah tumur ganas yang menyerang ovarium. (David Ovedoff, 2002, hal. 619).

Carsinoma pada ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histigenesis yang beranekaragam. Tumor ditemukan sebanyak 8,0 %dari tumor ganas ginekologik, dan 60 % terdapat pada usia ± 50 tahun. 30 % pada masa reproduksi, dan 10 % apda usia yang lebih muda 15 % dari semua carsinoma ovarium itu ganas (Prof. Dr. Sarwono Prawiroharjo, 1987, hal. 333).




2.      Anatomi Fisiologi Uterus
Uterus
Uterus, organ muscular berbentuk buah pir, mempunyai panjang 7,5 cm dan lebar 5 cm pada bagian atasnya. Dindingnya mempunyai tebal sekitar 1,25 cm. Ukuran dari organ ini beragam tergantung pada partus (jumlah kelahiran hidup) dan abnormalitas uterus, seperti fibroid, suatu jenis tumor yang dapat merusak uterus. Wanita nulipara (wanita yang tidak menyeselaikan kehamilan sampai ke tahap janin hidup) biasanya mempunyai uterus lebih kecil disbanding wanita multipara (wanita yang sudah menyeselaikan dua atau lebih kehamilan sampai tahap janin hidup).

Uterus mempunyai dua bagian: serviks yang menonjol ke dalam vagina, dan bagian atas yang lebih besar yaitu fundus atau korpus, yang ditutupi secara posterior dan anterior (sebagian) oleh peritoneum. Uterus terletak di sebelah  posterior kandung kemih dan dipertahankan posisinya dalam rongga pelvis oleh beberapa ligament. Ligamentum teres terbentang secara anterior dan lateral disepanjang cincin internal inguinal dan turun disepanjang kanalis inguinalis, tempat mereka bergabung dengan jaringan labia mayora. Ligamentum latum adalah lipatan perineum yang memanjang dari dinding pelvis lateral dan membungkus tuba fallopii. Ligamentum uterosakral memanjang secara posterior sampai ke sakrum.

Bagian dalam fundus yang berbentuk segitiga menyempit ke dalam kanal kecil serviks yang mengecil pada setiap ujungnya, disebut sebagai os eksternal dan os internal. Bagian lateral uterus disebut koruna. Dari tempat ini oviduk atau tuba fallopii (atau uterus) memanjang kea rah luar, luminanya diteruskan secara internal oleh rongga uterus.


3.     Etiologi
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen.
 Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. (faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang untuk menderita suatu penyakit).
Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak.




Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim:
 a.    Usia
Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.
  1. Nulipara  
  2. Hiperplasia endometrium
  3. Terapi Sulih Hormon (TSH)        
    TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke.
    Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya mempertinggi resiko ini.
  4.  Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim.
  5. Obesitas
    Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes.
  6. Diabetes (kencing manis)
  7. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  8. Tamoksifen
    Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap rahim.
    Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
  9. Ras
    Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
  10. Kanker kolorektal
  11. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
  12. Menopause setelah usia 52 tahun
  13. Tidak memiliki anak
  14. Kemandulan
  15. Penyakit ovarium polikista
  16. Polip endometrium.

4.  Patofisiologi
Carsinoma ovarium dibagi ke dalam 3 kategori besar tumor epitel, tumor stroma, tumor sel benih kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur. Struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalaui penyebaran benih tumor melalui cairan poritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul; orites dapat terjadi dan cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju fleura dan akhirnya menyebabkan efusi pleura.
Kebanyakan kanker ovarium adalah dari tumor epitel kanker ovarium cenderung untuk tumbuh dan menyebar perlahan-lahan (tanpa tanda dan gejala) sampai akhirnya menekan organ-organ yang berbatasan atau distensi abdomen. Kanker dapat menginvasi permukaan bawah omentum, hati dan organ lain. Rute penyebaran melalui limfe, aliran darah dan peritoneal. Pada kanker ovari dapat terjadi distensi abdomen, sering berkemih, pleura efusion, mal nutrisi, nyeri karena tekanan yang disebabkan oleh pertumbuhan tumor dan dapat menyababkan obstruksi saluran urine, konstipasi, asites dengan sesak.

5. Manifestasi Klinis
  1. Perdarahan rahim yang abnormal
  2. Siklus menstruasi yang abnormal
  3. perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)
  4. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
  5. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun)
  6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
  7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
  8. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
  9. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
 Kanker rahim

.
6. Test Diagnostik
1.     Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker serviks menurun sampai lebih 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukan stadium dari kanker rahim:
a.     Normal
b.    Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c.     Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d.    Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e.     Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks (rahim) yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2.     Biopsi
Biopsy dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks,atau jika pap smear menunjukan suatu abnomalitas atau kanker
3.     Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

4.     Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
Untuk membantu menentukan stadium kanker rahim,dilakukan beberapa pemeriksaan berikut:
  1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta dapat menentukan sifat tumor tersebut.
  1. USG
    Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kemih, dan dapat pula dibedakan antara cairan rongga perut yang bebas atau tidak.
  2. .Rontgen
    Untuk menentukan adanya masalah paru.
  3. Pembedahan/biopsi
    Untuk mengatahui secara pasti jenis tumor.
  4. Pemeriklsaan laboratorium
Pemeriksaan Hct untuk pengkajian adanya komplikasi perdarahan, anemia atau infeksi.


a.   Penatalaksanaan Medis
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta
usia dan keadaan umum penderita.
Metode pengobatan:
  1. Pembedahan
    Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. .
    Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
    Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
Histerektomi
Histerektomi
  1. Terapi penyinaran (radiasi)
    Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
    Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari.
    Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).

    Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker rahim:

a.  Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.

b. Radiasi internal : digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
  1. Kemoterapi Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim.
    Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan respon terhadap terapi hormonal.
    Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil progesteron.
    Terapi hormonal dilakukan pada:
    a.  penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun terapi penyinaran
    b.  penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya
    c.  penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
    Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu
    siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.

b.   Komplikasi

a.   Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.
b. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan usus.
c. Depresi sum-sum tulang disebabkan faktor penghasil sel darah merah dari sum-sum tulang sebagai sistem imun. Sel darah merah berusaha untuk menghancurkan sel-sel tumor sehingga kerja sel-sel tumor optimal.
d. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat menyebabkan ruptur


b. Konsep Asuhan Keperawatan

Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving dan memerlukan ilmu; tehnik, dan keterampilan, interpersonal yang ditujakan untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarga. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi. (Iyer et al, 1996).


1. Pengkajian.

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kesehatan klien. (Iyer et al, 1996). Adapun hal-hal yang perlu dikaji dalam kanker uterus ini yaitu:

    1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, jumlah anak, alamat tempat tinggal.
    1. Riwayat kesehatan klien
      1). Kesehatan masa lalu
      Kaji siklus menstruasi, riwayat penyakit yang pernah diderita disamping itu dengan pengalaman operasi yang pernah dialami atau riwayat cedera yang pernah dialami.

2). Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mengenai perkembangan penyakit dari tanda dan gejala pertama sampai sekarang termasuk upaya mencari pertolongan.

    1. Riwayat kesehatan keluarga
      Kaji mengenai kesehatan keluarga apakah ada diantara keluarga klien yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan klien

    1. Struktur keluarga / genogram
      Kaji mengenai jumlah klien, anak klien, jumlah keluarga yang tinggal serumah

    1. Data bilogis
      1). Pola nutrisi
      Kaji mengenai intoleransi makanan berat badan menurun, anoriksia, jenis-jenis makanan.

2). Pola minum
Tanyakan mengenai banyaknya minum per hari, jenis minuman.

3). Pola eliminasi
a)  Eliminasi Urin
Kaji dengan pelancaran saat BAK, hematuria, sering berkemih, frekuansi BAK.

b). Eliminasi peses
Kaji tentang konstipasi saat BAB, nyeri pada defekasi, karakteristik feses.

c). Pola tidur dan istirahat
Kaji mengenai masalah gangguan tidur/istirahat, kebiasaan sebelum tidur, faktor yang mempengaruhi tidur.

d). Pola kebersihan
Kaji kebersihan klien, upaya-upaya apa yang dilakukan untuk memelihara kebersihan, mandi berapa kali per hari.

e). Pola aktivitas
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau pun keadaan sekarang dan juga penggunaan alat bantu seperti : tongkat, kursi roda atau lainnya, jenis pekerjaan/ profesi.

    1. Pemeriksaan fisik

Kaji mengenai keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kepala, leher dan aksila, mata, telinga, hidung, mulut, faring, dada; rongga torak, paru-paru, jantung, payudara, abdomen, punggung, genitalia dan rektum, ekstremitas atas bawah, sistem integumen.

    1. Data fsikologis

1). Status emosi
Kaji tingkat emosi klien, ketenangan, kegelisahan.
2). Konsep diri
pandangan klien terhadap dirinya sendiri, pengalaman terhadap prustasi, dan ungkapan klien selama keadaan saat ini.
3). Gaya komunikasi
Perhatikan komunikasi klien terutama pada waktu wawancara, dan gaya komunikasi klien.
4). Pola interaksi
Kaji hubungan klien dengan keluarganya.
5). Pola koping
Kaji tempat klein bertukar pendapat, kaji terhadap penyesuaian diri, ungkapan penyangkalan/penolakan diri sendiri dan terhadap penyakit.
h. Data sosial
1). Pendidikan dan pekerjaan
Kaji status klien, tamatan sekolah, pekerjaan, berapa jam kerja per hari.

2). Hubungan sosial
Kaji hubungan sosial klien terutama terhadap orang-orang terdekat klien (keluarga).

3). Faktor sosio kultural.
Kaji tentang adat istiadat klien, suku, pantangan makan.
i.   Data spiritual
Kaji tentang agama/kepercayaan klien, apakah sering pergi ke gereja (selama sakit/sebelum sakit), apakah sering berdoa.

j.   Data penunjang (laboratorium, radiologi)
Tes seleksi tergantung riwayat, menisfestasi klinis, dan indeks kecurigaan untuk kanker tertentu. Biopsi (eksisi, jarum, melubangi) dilakukan untuk mendiagnosis banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat melakukan melalui sum-sum tulang, organ-organ lain. Tes kimia skrining: elektrolit (natrium, kalium, kalsium); tes ginjal (BUN/Cr); tes hepar (billirubin, AST/SGOT alkalin pospat, LDH).

k.     Pengobatan
Kaji tentang obat yang didapat klien, dosis, efek samping, indikasi.
             
              2. Diangnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat akontabilitas dapat memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi dan mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).

a. Ansietas b/d ancaman kematian yang ditandai dengan peningkatan ketegangan, gemetar, ketakutan dan gelisah.

b. Harga diri rendah b/d perubahan penampilan tubuh sekunder terhadap efek kemoterapi ditandai dengan pernyataan rasa malu dan alopesia.

c. Nyeri b/d proses penyakit yang ditandai dengan adanya keluhan nyeri dan gelisah.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang akibat anoreksia dan mual muntah sekunder terhadap efek kemoterapi ditandai dengan penurunan berat badan.

e. Resiko tinggi infeksi b/d kurang sistim imun tubuh akibat kemoterapi.

f. Resiko tinggi konstipasi b/d masukan diet yang kurang akibat mual muntah sekunder terhadap efek kemoterapi.

g. Resiko tinggi terjadi efek samping serius b/d efek toksik kemoterapi.

h. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi.








BAB III
PENUTUP

    1. Kesimpulan

Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri perifer merupakan penyakit suatu manifestasi khusus dan arteriosclerosis pada pembuluh arteri koroner. Penyakit ini dapat juga di turunkan secara turun temurun, penyakit ini juga bisa di akibatkan karena proses degenerative yang berlangsung lama dalam pembentukan plak dalam pembuluh darah arteri koroner. Penyakit jantung koroner ini juga dapat diakibatkan karena berat badan lebih dan pola hidup yang tidak baik seperti merokok atau banyak memakan makanan siap saji yang mengndung banyak kolestrol.

Penyakit jantung koroner ini bisa di cegah, di antaranya:
a.     latihan secara berkala
b.    Mengendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi)
c.     Pengendalian bobot
d.    Mengelola stress
e.     Berhenti merokok
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar